Butiran Air Mata Cinta  

Posted by: Sahabat Sejati in ,

Perjalanan hidup manusia memang berubah-ubah setiap detiknya, begitupun aku menapaki kehidupan ini. Semua diluar kehendak, walau aku yakin bahwa dengan keyakinan Allah akan mengabulkan keinginanku.

Aku ingat firman Allah dalam Al-quran :

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah- Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(Al- Baqarah 186)
Kisah I (sekitar tahun 1989)
Ketika itu dunia seperti tak memihak kepadaku, dunia ini seperti berputar. Berawal secarik surat singkat yang dititipkan lewat bundaku.
"Nak, tiga hari yang lalu temanmu datang ke rumah." ucap Bundaku.                                                   
"Siapa bunda...?" setengah berlari aku mendapati bunda sedang menjahit tangan taplak meja.
"Itu lho, arjunamu." Tersenyum Bunda sambil melepaskan jahitannya, "Ach Bunda"....kataku.
Artinya anak bunda sudah besar dan dewasa, sambil meraih kepalaku dan aku rebahan di pangkuannya. "Oh ya...Bunda lupa ada surat untukmu, bunda simpan dekat buku-buku kamu, udah sana baca suratnya...!!" "hmm....bunda kenapa ga dari tadi kalau ada surat....."kataku merajuk. Aku setengah berlari menuju kamarku. Mataku segera pada tumpukan buku-buku, aku melihat amplop surat sederhana, aku lihat tak tertera pengirimnya. Dengan segera aku membuka surat tersebut.
"Bunda...., Cinta dikamar ya....!!" teriakku. Dengan hati-hati aku buka surat tipis itu, aku jadi teringat masa sekolah dulu. Aku mulai membaca kata demi kata, dadaku berdegup kencang. Surat itu tertuliskan "Temui saya dirumah malam minggu besok, penting!!"
Astaghfirullah....aku bergumam, hatiku menjadi resah setelah membaca surat itu. Dalam hatiku bertanya-tanya, kenapa isi surat itu membuat aku takut. Namun aku membuang jauh-jauh semua prasangka buruk itu.
Aku berpikir, aku ingin segera tahu mengapa dia menuliskan pesan itu padaku. Aku segera keluar dari kamar dengan beribu pertanyaan, "Bunda....bunda....!!" aku memanggil Bundaku, mungkin saja sebelumnya dia menulis surat itu dia menitipkan pesan lisan pada bundaku.
"Bunda, Cinta mau tanya soal dia. apakah dia menitipkan pesan lain pada bunda ketika dia main kesini?" tak sabar rasanya aku ingin segera tahu dari bundaku.
"Tidak sayang, dia hanya tiduran saja di ruang keluarga sambil nonton tv." Bunda mengeryitkan alisnya menatapku. "oh...bunda, cinta pamitan ya mau kerumah dia." sambil cium tangan bundaku. setengah berlari aku ambil motor tersayangku, lalu aku pergi.
Dengan hati gelisah campur cemas, aku setengah ngebut meninggalkan rumah. Aku sempat melihat Bundaku cemas melihat tingkahku, aku masih mendengar ketika Bunda berpesan, "Hati-hati sayang....!!!".
Hampir satu jam aku sudah sampai ke rumahnya, hatiku berdegup karena beberapa kali salam tidak ada juga yang membuka pintunya. Tiba-tiba,
"Wa'alaikumsalam....Mbak mau cari siapa ya?" seorang wanita hampir sama denganku ketika itu keluar membuka pintu.
"Maaf, mbak apa Mahmud nya ada?" kataku pada wanita itu.
"Oh ...ada mbak tunggu sebentar ya..."lalu wanita itu meninggalkan aku didepan pintu.
Tak berapa lama, ada yang memanggil namaku dari sebelah kananku (samping rumah).
"Cinta...., sama siapa kamu kesini?" dia memelukku.
"eh eh...tamu ko gak disuruh masuk dulu kek....main peluk aja" kataku merajuk. Aku melihat kerinduan yang dalam. Memang setelah sekian minggu kita tidak bertemu, hingga akupun merasakan hal yang sama.
"Ayo...masuk. Mau minum apa...panas...dingin...sambil tertawa memamerkan giginya yang rapih  itu." Dia memeluk aku membawa kedalam rumahnya. 
"Aduh panas banget ya...." kataku sambil menghempaskan pantatku yang pegal di motor tadi. Yang lebih penting aku sangat bahagia, karena semua prasangkaku yang buruk tidak terjadi. Mengapa aku berprasangka buruk, karena dia mau pergi menjadi tentara atau polisi ketika lulus sekolah SMU dulu.

Jam menunjukan pukul 14.00 wib, hampir satu jam  aku cerita ngalor ngidul. Tiba-tiba aku ingat tempat makan bakso yang ada es kolak dingin semasa sma dulu. Itu tempat favorit ketika pulang sekolah.

"M, hari ini kamu sibuk gak?" kataku diantara cerita.
"nggak, knapa?" sahutnya. 
"masih ingat gak tukang bakso kita dulu" aku senyum-senyum mengingat masa itu.
"oo...masih lah" lanjutnya
"ok hari ini kita kesana yuck!!, aku kangen makan bakso itu lagi" merajuk aku menarik tangannya.
"ya udah, aku ganti baju dulu ya" dia meranjak dari duduknya meninggalkanku.

Aku senang sekali, aku ingin bernostalgia bersamanya. Aku membaca beberapa majalah dekat meja sambil menunggu dia ganti baju. Tak lama, aku melihat dia dengan kemeja kotak-kotak kesukaannya, hmm...tampak keren. aku tersenyum.

"ayok...kita pergi. udah habiskan dulu minumnya" dia sudah berada dekatku.

"ok...."aku meranjak.

Tiba-tiba namanya di panggil oleh adiknya. "Sebentar ya..." dia beri isarat padaku

aku hanya tersenyum. Lalu aku mendengar, adiknya menangis. Aku heran, dalam benakku ada apa ya kok menangis gitu. Lalu aku duduk lagi, semakin keras saja suara tangisan itu.
Sekilas aku mendengar suara tangisannya itu.

"M, jangan pergi...!!" suara itu seperti mencurigakan.

aku akhirnya bangkit dari duduk, dan

"M, kenapa adikmu ga boleh kamu pergi?"aku sempat tanyakan itu

Aku semakin heran ketika tangan itu menarik baju dia hampir rosek pas lengannya. 
Ada apa gerangan, aku semakin heran.

"M...kenapa dan ada apa ini?" aku beranikan ada diantara mereka.

Aku melihat dia terdiam, dan wajah sembab dengan air mata berurai membuat aku semakin heran. Aku tak tega rasanya melihat pemandangan ini, namun aku heran dan semua itu tak terjawab karena dia diam saja. Aku sempat melihat tangan adiknya itu ditepiskan dari lengannya hingga hampir jatuh, wajah dia merah seperti menyimpan kemarahan.

Aku pamit, meninggalkan mereka setengah berlari. Aku menyimpan rasa kecewa yang dalam, mengapa semua ini terjadi. Semua tak ada jawaban. Dia meninggalkan aku di rumahnya seketika dan aku gak tahu kemana.

Tiba didepan sebuah warung kecil, aku melihat seorang ibu dan bapak setengah baya memperhatikan tingkahku ketika itu.

"Neng....ini neng cinta bukan?" sapa bapak itu.
"Oh iya...ini kan pamannya M ya...?" aku sempet kaget dengan sapaannya.

"Neng sini mampir sebentar, bapak mau bicara" lanjutnya,  sambil menghampiri aku menyembunyikan tangis tertahan.

"Mang...apa khabar, eh bibi...sedang apa bi?" aku tahu tiba-tiba bibinya M menyibukan merapikan warungnya. 

"Eh neng cinta....mau minum apa neng?"dengan ramah bibi menawarkan minum.

"enggak usah bi, cinta udah minum kok" elakku.

"eh...neng...kenapa kakinya berdarah gitu?" bapak itu meraih tanganku untuk duduk dekatnya.
"aduh...gak tahu ya mang, kenapa ya. Oh mungkin tadi cinta tersandung di akar pohon itu mang" karena tadi aku tidak lagi memperhatikan akar pohon karena air mata tergenang menahan kekecewaan.

"ya udah ...sini mang obatin. Mah...ambilin betadin dan tensoplasnya, buat neng cinta kakinya berdarah" seengah menyuruh isterinya pamannya M bergegas membersihkan darah yang mengalir tak terasa itu.

"iya pak...sebentar" sahut isterinya. Tak lama kemudian, bibi membawa peralatan K3 nya.

Setelah di bersihkan dan dibalut. Aku memberanikan bertanya soal M selama ini.



tunggu lanjutannya ya....^_^






This entry was posted on Minggu, Maret 24, 2013 and is filed under , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar